Pengembangan Metode Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Pendahuluan

Bahasa Arab merupakan salsa satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan guru dalam mengelola kelas, terutama kemampuan guru dalam memanfaatkan media yang bisa menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan sehingga dapat menarik minat dan mengaktifkan siswa untuk mengikuti pelajaran baik secara mandiri ataupun kelompok. Sejauh ini belajar bahasa Arab masih kurang diminati masyarakat jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal ini karena pada umumnya bahasa Arab tidak menggema dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu adanya suasana yang dapat menumbuhkan minat siswa yang lebih akan belajar bahasa arab. Salah satu cara untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran adalah dengan bermain. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media pembelajaran yang dapat menarik minat dan mengaktifkan semua siswa dalam proses belajar mengajar bahasa arab.
Di antara metode pembelajaran yang diduga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk pembelajaran bahasa Arab. Diantaranya adalah model jigsaw dalam pembelajaran qowa’id, model program macromedia flash untuk materi al-a'mal al-yaumiyyah, penggunaan TTS untuk meningkatkan pemerolehan kosakata, penggunaan lagu untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penggunaan kartu kata dan kartu bergambar untuk meningkatkan prestasi siswa, penerapan media permainan ular tangga untuk meningkatkan perolehan kosa kata, dan masih banyak lagi media permainan yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa terutama untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Dengan kata lain, peran media permainan tak kalah pentingnya dengan peran kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena media permainan dapat memberikan peluang yang lebih dalam memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal jika dibandingkan dengan proses pembelajaran yang mengabaikan media permainan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran. Untuk itu, ada baiknya kita memberikan perhatian akan pengembangan media permainan dalam suatu proses belajar mengajar.

• Pembahasan
 Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab (asing)
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi;
1.Prinsip prioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
1) Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis. Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis.
2) Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa. Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal).
3) Dalam tahap awal pembelajaran, siswa terlebih dahulu diperkenalkan dengan kosa kata yang lebih akrab dalam sehari-hari. Hal ini bertujuan agar kata-kata tersebut dapat dipergunakan secara langsung dalam percakapannya. Sehingga memudahkan siswa untuk mengingatnya. Siswa terlebih dahulu di hadapkan dengan bahasa yang di kenal sehari hari sebelum diperkenalkan dengan bahasa sesuai dengan penutur aslinya., agar memudahkan siswa pada tahap berikutnya. Karena siswa sudah terlebih dahulu diperkenalkan dengan bahasa yang akrab dengan kesehariannya, maka akan mempermudah guru pada tahap perkanalan bahasa sesuai dengan penutur aslinya. Dengan demikian proses pengenalan bahasa pada anak akan berjalan dengan sistematis.
2.Prinsip korektisitas
Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi fonetik, sintaksis, dan semiotik. Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut: Pertama, korektisitas dalam pengajaran fonetik. Kedua, korektisitas dalam pengajaran sintaksis. Ketiga, korektisitas dalam pengajaran semiotik.
Korektisitas dalam pengajaran fonetik melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik.
Korektisitas dalam pengajaran sintaksis ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja.
Korektisitas dalam pengajaran semiotik dilakukan dengan memperhatikan hal berikut: dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan dengan petunjuk yang jelas.
3.Prinsip Berjenjang
Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu: pertama, pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
 Hubungan kompetensi guru dengan minat belajar siswa dalam belajar bahasa Arab.
Banyak faktor sebagai penambah minat siswa dalam belajar, termasuk dalam belajar Bahasa Arab, diantara penambah minat tersebut adalah kompetensi guru mata pelajaran yang bersangkutan. Guru mata pelajaran Bahasa Arab merupakan pemegang peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Arab di dalam madrasah. Oleh karena itu guru mata pelajaran Bahasa Arab dituntut untuk memiliki potensi dalam upaya meningkatkan pengetahuan siswa pada mata pelajaran Bahasa Arab tersebut. Guru mata pelajaran Bahasa Arab tidak hanya berfungsi sebagai orang dewasa yang bertugas secara profesional untuk menyalurkan ilmu pengetahuan Bahasa Arab kepada siswa, melainkan lebih dari itu, ia juga menjadi pemimpin, pendidik dan pembimbing bagi siswa – siswanya di dalam kelas dan di madrasah.
Guru mata pelajaran Bahasa Arab yang berkualitas harus mampu melakukan tugas dan tanggung jawab secara profesional bagi peningkatan minat belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Untuk itu, orang yang diserahkan tugas untuk mengajar dan mendidik haruslah orang yang mengerti dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran tersebut. Karenanya, guru mata pelajaran Bahasa Arab tidak hanya sekedar bertugas dalam mentransfer pengetahuan Bahasa Arab kepada siswa-siswanya. Tetapi lebih dari itu, sesuai dengan tujuan pendidikan Bahasa Arab secara luas, maka diupayakan usaha-usaha pengembangan kualitas, keahlian, kemampuan dan disertai pula dengan kepribadian yang mantap untuk keberhasilan tugas sebagai seorang guru mata pelajaran Bahasa Arab.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi guru erat hubungannya dengan minat siswa dalam belajar Bahasa Arab. Semakin baik kompetensi guru yang mengajar semakin memiliki wawasan keilmuan, semakin luas wawasan keilmuannya maka akan menambah minat siswa dalam belajar Bahasa Arab di dalam kelas.
 Pengembangan media permainan dalam pembelajaran bahasa Arab.
Penggunaan media yang menarik akan mempengaruhi minat siswa dala belajar. Semakin banyak fariasi yang dimiliki seorang guru dalam mengajarkan bahasa pada anak didiknya, semakin besar minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun demikian, permainan yang disajikan oleh seorang guru untuk anak didiknya haruslah sesuai dengan koridor dan etika yang ada. Jangan sampai metode yang awalnya bertujuan baik, harus dihilangkan karena bertentangan dengan etika yang ada. Untuk itu, guru harus memberikan perhatian yang lebih akan hal ini.
Banyak hal yang bisa digunakan guru dalam mengembangkan minat siswa akan pembelajaran bahasa Arab. Sebagai contohnya penggunaan media yang telah digemari sebelumnya oleh para siswa, yaitu media elektronik salah satunya adalah computer. Media pembelajaran berbasis komputer merupakan salah satu variasi penggunaan media pendidikan modern yang digemari oleh para siswa. Salah satu program komputer yang dapat menjadi media pendidikan adalah macromedia flash yaitu program animasi yang telah banyak digunakan untuk menghasilkan desain dan berguna untuk animasi interaktif. Media ini memiliki kemampuan dalam mengintergrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik. Media ini juga
mampu memberikan balikan sehingga siswa dapat aktif berinteraksi dengan media yang diproduksi.
Selain tersebut diatas, masih banya lagi media permainan yang dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran bahasa. Diantaranya adalah penggunaan media permainan ular tangga dalam upaya memperkaya siswa akan kosa kata bahasa. Dalam hal ini, pada setiap gambar yang ada dalam kotak papan permainan dilengkapi dengan maknanya dalam bahasa arab. Selain itu pada dadu yang di gunakan tertulis angka dengan bahasa arab, bukan dengan angka yang ada pada umumnya. Maka permainan ini akan sangat membantu siswa dalam memperoleh dan mengingat kosa kata baru yang belum diketahui sebelumnya.
Penggunaan permainan jigsaw juga sangat membantu siswa dalam memperoleh kosa kata baru. Dalam permainan ini siswa dituntut untuk mecocokkan satu kotak jigsaw dengan kotak jigsaw yang lain. Jika satu kotak jigsaw bertuliskan angka 3 dalam bahasa arab, maka siswa harus mencari penulisan yang tepat dan sesuai dengan angka tersebut, begitu seterusnya. Agar permainan ini lebih variatif, maka bukan hanya angka saja yang disajikan dalam kotak jigsaw tersebur. Dapat pula di sajikan dalam bentuk gambar agar terlihat lebih menarik. Metode permainan ini mirip dengan penggunaan kartu kata dan kartu bergambar dalam usaha pengembangan kosa kata siswa. Dan masih banyak lagi permainan yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar bahasa arab.
• Analisis
Dalam proses belajar mengajar kita perlu memperhatikan tentang minat siswa dalam belajar. Karena proses belajar mengajar tidak akan terselenggara dengan baik jika tidak diikiuti dengan minat yang kuat dari siswa yang mengikuti proses belajar itu sendiri. Untuk itu hendaknya guru mampu menimbulkan minat yang kuat pada anak didiknya. Dalam suatu proses belajar mengajar, antara guru, murid, dan metode merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketiganya mempunyai sifat komplementer dan merupakan umpan balikan (feed back).
Terkait dengan hal tersebut, ada kalanya seorang guru harus menitik beratkan pada kompetensi pengajaran yang dimilikinya. Karena itu akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, apalagi jika dikaitkan dengan minat siswa dalam mengikuti proses belajar. Semakin baik kompetensi guru, maka akan semakin kuat minat siswa dalam megikuti pembelajaran, yang akan berpengaruh pula pada tercapainya tujuan pembelajaran yang baik dan sempurna.
Oleh karena itu, metode yang digunakan seorang guru haruslah berfariasi sehingga menimbulkan semangat yang kuat pada siswa untuk mengikuti pelajaran. Bukan hanya memberikan materi secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Bukan sekedar memberikan teori tetapi juga penerapan secara langsung dalam keseharian di sekolah yang didampingi oleh sang guru. Sehingga dalam penerapannya siswa mampu menguasai empat kemahiran berbahasa, yang nantinya akan diterapkan secara langsung baik yang bersifat aktif ekspresif maupun pasif receptive.
Dengan demikian, penggunaan metode permainan dalam pembelajaran sangatlah berperan dalam menghilangkan kejenuhan pada siswa. Dan sebagai salah satu bentuk fariasi yang dimiliki oleh guru dalam mengajarkan materi kepada akan didiknya. Metode ini banyak membantu sorang guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mentransfer ilmu kepada siswanya.

Sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran bahasa asing termasuk bahasa arab (prinsip prioritas), yang mengedepankan pengenalan kosa kata sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa arab sesuai dengan penutur aslinya, maka metode permainan ini sangatlah membantu. Dengan metode permainan yang telah dipilih guru, sebenarnya sedikit meringankan beban pengajaran yang dimilikinya. Karena dengan permainan siswa akan lebih mudah mengenal sesuatu jika dibandingkan dengan pengenalan yang hanya dilakukan hanya secara teoritis. Karenanya, seorang guru juga harus memperhatikan metode ini untuk mempermudah pencapaian tujuan yang dimilikinya.
Dalam setiap permainan hedaknya diikuti dengan evaluasi dari guru. Hal ini agar siswa mengetahui letak kesalahan dan agar guru juga dapat mengetahui kemampuan anak didiknya sehingga dapat menerapkan metode yang sesuai dengan kemampuan siswanya. Dengan demikian, secara tidak langsung guru telah menerapkan prinsip korektisitas, dimana guru harus mampu membenarkan apa yang salah pada anak didinya. Dan dituntut untuk menjadikan anak didiknya kritis akan hal-hal serupa.
Dalam hal penerapan metode permainan, guru juga harus memperhatikan prinsip berjenjang dalam pengajannya. Kali ini guru diharuskan untuk menerapkan tiga kategori prinsip di atas, yang terdiri dari : pertama, pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
Jenjang pengajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.
Dalam jenjang pengajaran qowaid, baik qowaid nahwu maupun qowaid sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan/keseharian. Dalam pengajaran qawaid nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
Dalam jenjang pengajaran makna kalimat atau kata-kata, seorang guru bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian mereka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatic.
Jika guru mampu melaksanakan prinsip-prinsip pengajaran di atas, serta mampu untuk mengintegrasi interkoneksikan materinya dengan baik, maka keberhasilan yang diinginkanpun akan tercapai. Hal itu tentunya di dampingi dengan minat yang kuat dari anak didik serta kompetensi yang baik pula dari guru pengajarnya. Jika demikian maka akan terjadi proses belajar yang sempurna, dan akan membuahkan hasil yang memuaskan semua pihak dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan oleh proses belajar mengajar tersebut.
















Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa antara kompetensi guru, minat anak didik, dan variasi metode yang diterapkan oleh guru sangatlah berpengaruh pada tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Semakin baik kompetensi guru, maka akan menimbulkan minat yang baik pula pada diri siswa, yang nantinya akan berpengaruh pada tingat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Penggunaan metode variatif sangat dibutuhkan dalam meningkatkan minat dan bakat anak didik akan ilmu yang terkait dengannya. Semakin banyak fariasi yang dimiliki seorang guru dalam metode pembelajaran yang diterapkan pada anak didinya, makan akan berpengaruh besar pada peningkatan kemampuan siswanya.
Namun demikian ada banyak hal yang harus di perhatikan dalam menerapkan variasi metode yang ada, termasuk penerapan metode permainan dalam pembelajaran. Diantaranya adalah prinsip-prinsip pembelajaran bahasa. Dalam hal ini seorang guru harus tetap berjalan pada prinsip pembelajaran bahasa yang ada dalam penerapan metodenya yang berfariasi.
Semakin banyak fariasi yang dimiliki sorang guru dalam proses belajar mengajarnya, akan sangat mempengaruhi minat dan peran aktif siswa akan bahasa tersebut. Termasuk di dalamnya minat pengembangan bahasa dari dalam dirinya sendiri tanpa ada bimbingan secara langsung dari sang guru. Dan semakin besar minat yang berhasil di tanamkan seorang guru terhadap muridnya, maka semakin besar peluang proses belajar mengajar menuju keberhasilan.






Dartar Pustaka
http://www.lughatuna.com
http://www.universitas-quran.com
http://www.@ indoskripsi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar